ayeuna tabuh

Kamis, 14 November 2013

BUBUR SURO : TRADISI RANCAKALONG YANG MASIH LESTARI DI MASA KINI

Sunda merupakan sebuah kultur yang mayoritasnya berada di daerah Jawa Barat. Etnis Sunda merupakan etnis terbesar kedua di Indonesia setelah Etnis Jawa. Seperti etnis-etnis lainnya. Sunda memiliki berbagai macam kearifan lokal yang hingga sampai saat ini masih bertahan. Diantaranya yaitu ‘Bubur Suro’.
Bubur Suro merupakan salah satu tradisi masyarakat sunda untuk mengungkapkan rasa syukur terhadap Allah yang senantiasa memberi rizki dan  kehidupan. Bubur suro dilaksanakan pada tanggal Sembilan dan sepuluh Muharram dikarenakan memperingati kisah nabi Nuh yang dilanda musibah banjir besar. Akan tetapi Allah memberinya keselamatan dengan menurunkan wahyu untuk membuat perahu besar. Maka kehidupan masih bisa berlanjut hingga sekarang.
Bubur suro diambil dari dua kata, yaitu Bubur dan Suro. Bubur disini adalah dimana masyarakat mengumpulkan hasil alam yang kemudian disatukan dan diaduk hingga menjadi bubur. Ini menandakan bahwa meskipun kita berpenghasilan sedikit, tetap kita harus bisa menyisihkan hasil kita agar bisa dinikmati oleh masyarakat lain. Dan Suro disini diambil dari tanggal sepuluh yang dalam bahasa arab berarti Asyarotun.
Menurut saya tradisi bubur suro merupakan tradisi yang sangat baik. dalam tradisi bubur suro semua golongan masyarakat berkumpul disebuah tempat yang luas dan kemudian bergotong royong membuat bubur yang dimana bahan-bahannya berasal dari buah-buahan atau umbi yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Dan kemudian akan dinikmati bersama oleh masyarakat. Disini terdapat sebuah keindahan bermasyarakat dimana budaya gotong royong masih bertahan. Juga ada lantunan musik tarawangsa yang dimainakan untuk mengiringi pembuatan bubur tersebut.
Jika melihat ke luar daerah Rancakalong. Saya agak sedikit miris. Karena masyarakat daerah lain mulai melupakan tradisi leluhur kita.  Padahal jikalau itu dipertahankan. Mungkin saja budaya gotong royong masih berlaku dan terciptalah masyarakat yang sejahtera. Akan tetapi gempuran-gempuran moderenisasi terus mengkikis tradisi yang kemudian menghasilkan masyarakat yang pasif, jarang berkomunikasi apalagi bergotong royong.
Semoga tradisi Bubur Suro bisa menyebar ke daerah-daerah lain agar masyarakat sejahtera yang sering diimpikan benar-benar tercipta. Maka dari itu sangat dibutuhkan kesadaran dalam hal budaya dan juga tanggung jawab orang yang seharusnya melestarikan budayanya.

Rancakalong - Pamass Ngamumule – November 14, 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar