Sunda merupakan sebuah kultur
yang mayoritasnya berada di daerah Jawa Barat. Etnis Sunda merupakan etnis
terbesar kedua di Indonesia setelah Etnis Jawa. Seperti etnis-etnis lainnya.
Sunda memiliki berbagai macam kearifan lokal yang hingga sampai saat ini masih
bertahan. Diantaranya yaitu ‘Bubur Suro’.
Bubur Suro merupakan salah satu
tradisi masyarakat sunda untuk mengungkapkan rasa syukur terhadap Allah yang
senantiasa memberi rizki dan kehidupan.
Bubur suro dilaksanakan pada tanggal Sembilan dan sepuluh Muharram dikarenakan
memperingati kisah nabi Nuh yang dilanda musibah banjir besar. Akan tetapi Allah
memberinya keselamatan dengan menurunkan wahyu untuk membuat perahu besar. Maka
kehidupan masih bisa berlanjut hingga sekarang.
Bubur suro diambil dari dua kata,
yaitu Bubur dan Suro. Bubur disini adalah dimana masyarakat mengumpulkan hasil
alam yang kemudian disatukan dan diaduk hingga menjadi bubur. Ini menandakan
bahwa meskipun kita berpenghasilan sedikit, tetap kita harus bisa menyisihkan
hasil kita agar bisa dinikmati oleh masyarakat lain. Dan Suro disini diambil
dari tanggal sepuluh yang dalam bahasa arab berarti Asyarotun.
Menurut saya tradisi bubur suro
merupakan tradisi yang sangat baik. dalam tradisi bubur suro semua golongan masyarakat
berkumpul disebuah tempat yang luas dan kemudian bergotong royong membuat bubur
yang dimana bahan-bahannya berasal dari buah-buahan atau umbi yang dimiliki
oleh masyarakat setempat. Dan kemudian akan dinikmati bersama oleh masyarakat. Disini
terdapat sebuah keindahan bermasyarakat dimana budaya gotong royong masih
bertahan. Juga ada lantunan musik tarawangsa yang dimainakan untuk mengiringi
pembuatan bubur tersebut.
Jika melihat ke luar daerah Rancakalong.
Saya agak sedikit miris. Karena masyarakat daerah lain mulai melupakan tradisi
leluhur kita. Padahal jikalau itu
dipertahankan. Mungkin saja budaya gotong royong masih berlaku dan terciptalah
masyarakat yang sejahtera. Akan tetapi gempuran-gempuran moderenisasi terus
mengkikis tradisi yang kemudian menghasilkan masyarakat yang pasif, jarang
berkomunikasi apalagi bergotong royong.
Semoga tradisi Bubur Suro bisa
menyebar ke daerah-daerah lain agar masyarakat sejahtera yang sering diimpikan
benar-benar tercipta. Maka dari itu sangat dibutuhkan kesadaran dalam hal
budaya dan juga tanggung jawab orang yang seharusnya melestarikan budayanya.
Rancakalong - Pamass Ngamumule – November 14, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar