ayeuna tabuh

Selasa, 08 Oktober 2013

Tanpa Darah


Ketika otak-otak putih menggempur ribuan otak lainnya tanpa mengeluarkan sedikit darah.
Bagai harimau yang kelaparan. segala cara bertubi dihujamkan.
Dengan pahamnya.
Dengan kemewahannya.
Dengan permainannya.
Dengan mentalnya.
Dengan gaya dan budayanya.
Bagai raflesia yang indah namun menyerbak bangkai.
Penjajahan pikiran terus berjalan merasuki jiwa dan otak yang tidak berjati diri.
Bagai bunglon yang hinggap pada beberapa tempat yang merubahnya menyesuaikan warna.
Segala bentuk gempuran begitu mudah masuk dan begitu mudah kita cerna.
Sebuah perjalanan instan tak berproses yang membuat lunak.
Mental-mental sampah.
Membelai raga saraf-saraf otak dan membuat lupa.
Bahwa kita adalah kita yang mempunyai jati diri.
Bahwa kita adalah kita yang mempunyai etika dan estetika.
Bahwa kita adalah kita yang mempunyai naluri dan kearifan.
Sayangnya.
Raflesia begitu cepat membuat kagum manusia tanpa menghiraukan aromanya.
Bunglon begitu cepat menyesuaikan diri dalam setiap tempat dan keadaan.
Dan kita yang lupa.
Dan kita yang terbodohi.
Dan kita yang hancur.
Dan mereka semakin lantang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar