Sejarah
Slank
Siapa yang tidak
mengenal Slank. Sebuah Band Indonesia yang berhasil menjadi salah satu musisi
bersejarah dan dikenang serta berpengaruh sepanjang masa di Indonesia. Dibentuk
pada tahun 80-an Oleh Bimo Setiawan Almachzumi (Bimbim) dengan nama Stones
Complex (CSC) yang hanya bertahan sampai akhir tahun 1983. Terjadi beberapa
kali pergantian formasi sampai pada tahun 1990 memulai rekaman debut album
‘Suit.. suit.. he.. he.. (Gadis Sexy)’. Album yang menampilkan hit ‘Memang’ dan
‘Maafkan’ itu meledak dipasaran sehingga mereka pun diganjar BASF Award untuk
kategori pendatang baru terbaik. Kemudian album kedua dengan hits ‘Mawar Merah’
dan ‘Terlalu Manis’ yang juga menjadi hits populer pada saat itu. Juga pada
album ketiga yang diberi judul ‘Piss’ dengan hits favorit ‘Piss’ dan ‘Kirim Aku
Bunga’. Karir Slank terus menanjak setelah album keempat dirilis. Album yang
diberi nama ‘Generasi Biroe’pun kembali menjadi favorit para Slankers di
Indonesia. Pada tahun 1996 kembali merilis album yang diberi titel ‘Minoritas’
dengan single hits ‘Bang-Bang Tut’ yang sukses dipasaran dan masih sering
dinyanyikan dalam show mereka.
Narkoba
= Selamat Tinggal
Slank membantah
anggapan bahwa dengan mengonsumsi Narkoba seorang seniman bisa lebih kreatif,
justru sebaliknya, tanpa menggunakan barang haram tersebut mereka terbukti bisa
menghasilkan karya-karya bagus.
"Saat membikin
album pertama hingga ketiga, kami belum memakai Narkoba, tapi album itu
terbukti paling bagus. Jadi, tanpa Narkoba kami bisa menghasilkan karya yang
bagus. Setelah album ketiga, kami menjadi pengguna," ujar Kaka.
Masuknya Abdee dan
Ridho dalam formasi inti Slank membuat Bimbim dan Kaka melanjutkan perjalanan
bermusiknya. Diawali dengan album Tujuh yang dirilis January 1997 dengan single
yang menghentak yaitu Balikin. Lagu yang menandakan bahwa Bimbim dan Kaka ingin
rehat dan sehat dari ketergantungan. Ditambah dengan Abdee dan Ridho yang benar-benar
bersih dari narkoba semakin menguatkan niat mereka. Pada tahun ini pula Bunda
Iffet selaku Ibunda dari Bimbim mengambil alih jabatan menjadi Manager Slank.
Sajian
Lirik Yang Cerdas, dan Pernah Berurusan dengan DPR
Seiring berjalannya waktu,
bermunculan pula album-album Slank yang meramaikan musik Tanah Air. Lirik-lirik
lagu slank yang bersifat gaya hidup, inspirasi, universal dan bahkan kritik
sosial menjadi inspirasi tersendiri bagi kalangan muda maupun tua. Lirik cinta yang
disajikan secara universal (menganggap cinta bukan hanya untuk pasangan saja,
akan tetapi kepada ibu, ayah, sahabat) tidak perlu diragukan lagi seperti yang
dilantunkan dalam lagu yang berjudul ‘#1’, ‘dirumahku’, ‘Cinta Kita’, dan ‘Ku
Tak Bisa’. Kemudian lirik-lirik yang berbau kritik terhadap politik disajikan
dengan kritis seperti pada lagu ‘Orkes Sakit Hati’, ‘Democrazy’, Gosip Jalanan’
lebih mencerdaskan bangsa dibanding berita di TV yang banyak ditutup-tutupi.
Tahun 2008, Slank
sempat akan digugat oleh DPR karena saat itu Slank aktif mendukung KPK dan
sempat memberikan CD yang berisi lagu-lagu Slank sebagai bentuk dukungan nya
dan menyuaakan saat melakukan pertunjukan. Namun ternyata ada lagu yang
berjudul Gossip Jalanan (dari album PLUR, tahun 2005) yang dianggap menyakiti
lembaga tertentu. Kasus tersebut sempat ramai dibicarakan, dan banyak dukungan
datang untuk Slank. Slank pun kerap dapat banyak permintaan membawakan lagu
tersebut saat mereka melakukan pertunjukan.
Keterlibatan
Politik dan Kekecewaan Slankers ?
Siapa yang akan menyangka Band
sekelas Slank yang menggembor-gemborkan kebobrokan politik justru terjatuh
kedalam lubang politik? Takdir tak bisa dipungkir. Slank tergabung kedalam musisi
‘Revolusi Harmoni’ yaitu kumpulan musisi tim sukses pasangan nomor 2 ‘Jokowi
dan Jusuf Kala’ dengan lagu hits "Salam Dua Jari, Jangan Lupa Pilih
Jokowi". Banyak para slankers yang bertanya heran dan merasa dikecewakan. Padahal
jika dilihat dari perjuangan slank yang terus berusaha mempersatukan bangsa
dengan bentuk musik dan memposisikan dirinya berdiri di atas semua golongan,
netral, dan selalu ikut campur masalah politik bahkan sampai pernah bermasalah
dengan para politikus. Berbanding terbalik dengan lagu-lagu yang selalu mereka
lantunkan dengan suara lantang seperti lagu ‘Democrazy’ pada kutipan lirik
berikut :
Ngumpul
di jalanan unjuk kekuatan
Ugal-ugalan.
edan
Teriak-teriak
orang banyak
Sampe
serak yakin menang telak
Ini
pesta demokrasi
Apa
pada rekreasi
Basa
basi politik
Banyak
yang gak ngerti
Ditinggal
pergi.
Saling
tuding saling tuduh
Hujat
menghujat kalo perlu adu fisik
Sirik.
Bantah
membantah pantang nyerah
Merasa
paling wah gak mau ngalah
Payah.
Demokrasi
ABG ngeceng rame-rame
Cuma
modal pede ngoceh bebas semau gue.
Seperti
burung yang lama dikurung
Tiba-tiba
dilepas. bingung
Seperti
dipenjara 30 tahun
Bebas.
Mengapa Band sekelas Slank bisa
dijadikan sebagai alat politik untuk satu pihak? Bukankah Slank membudayakan kebersamaan?
Bukankah Slank tak ingin menjadi virus
bagi Slankers yang telah lama berkiblat pada ajaran Slankissme? Bukankah ‘apa artinya jika kamu (Para Slankers) gak ada’ untuk Slank sendiri? Bukankan
Slank melantunkan lagu yang begitu menyentuh hati untuk sebuah amanah? Seperti
pada lagu ‘Orkes Sakit Hati’? Ingatkah kau dengan isi liriknya?
Jangan
kau kecewakan aku lagi
Aku
nggak mau menderita lagi
Kalau
ingkari janji
Aku
nggak mau kebawa emosi
Jangan
biarkan aku sakit hati
Karna
ingkari janji
Cinta
dan kepercayaan yang kuberikan
Jangan
sampai kamu sia-siakan
Dengan
ingkari janji
Jangan-jangan
kau bohongi aku lagi
Banyak
bicara cuma basa basi
Coba
ingkari janji
Semua
yang kau inginkan slalu kuberi
Kulakukan
walau sampai mati
Jangan
ingkari janji
Kebebasan
yang kamu dapatkan
Bukan
jadi kamu boleh sembarangan
Kamu
sudah berjanji
Jangan
ingkari janji
Mending
Jangan berjanji
Bolehkah
aku memaknai lirik universalmu bukan untuk seorang kekasih? Tetapi untuk orang
yang berjanji setia mengurus semua kebobrokan wilayahmu? Wilayah dimana Slank
tumbuh bersama karya dan ajaranmu? Bagaimana kau memaknai Janji? Apakah janji
tidak berlaku untuk seseorang yang mempunyai janji baru? Sementara janji
lamanya boleh diabaikan karena janji barunya lebih indah? Lebih dipercaya?
Bagaimana kau mempercayai Janji-janji baru jika janji lalu-nya belum/tidak
dipenuhi? Inikah yang dinamakan ‘Bobrokisasi Borokisme’?
Entahlah,
yang aku rasakan Malam ini, kembali sadari aku sendiri, gelap ini kembali
sadari engkau telah pergi.
Yasfi Maziya Mufida
18 Juni 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar